EDIBLE VACCINES
Pemanfaatan Tanaman sebagai Vaksin
Pict source: Langridge W.H.R., 2000. Edible Vaccines. Scientific American September 2000. P 66-71.
Sebelum mengenal apa itu Edible vaksin, terlebih dahulu kita harus tahu apa itu vaksin. Menurut beberapa sumber, yang dimaksud dengan vaksin adalah sediaan biologis yang dapat meningkatkan sistem imun terhadap suatu penyakit. Vaksin berisi suatu agen yang menyerupai mikroorganisme yang menyebabkan penyakit dan pembuatannya sendiri berasal dari mikroorganisme yang dilemahkan atau dalam keadaan mati dengan toksin atau beberapa protein permukaannya. Vaksin yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menstimulasi sistem imun dengan cara mengenali dan menghancurkan mikroorganisme yang mirip dengan agen vaksin tersebut. Vaksin secara umum digunakan sebagai profilaksis, yaitu pencegahan terhadap infeksi yang diakibatkan oleh lingkungan, bisa juga sebagai terapi yang sampai saat ini masih diteliti seperti vaksin kanker. Istilah vaksin berasal dari bahasa latin, variola vaccinia, yang diadaptasi dari vaccine-us yang berarti sapi dan ditemukan oleh Edward Janner’s pada tahun 1997 yang menggunakan anak sapi yang diinfeksikan smallpox (cacar), kemudian antibodi dari sapi tersebut disuntikkan pada manusia untuk memberikan kekebalan terhadap smallpox.
Selama ini vaksin sebagian besar diberikan dengan cara penyuntikan, dan penyimpanannya pada ruang pendingin. Hal tersebut mendorong para peneliti untuk membuat penemuan baru pada pembuatan dan cara pemberian vaksin, sehingga vaksin dapat dikonsumsi tanpa harus menyuntikkannya dan tanpa harus disimpan di ruang pendingin. Salah satu yang belakangan ini diteliti adalah edible vaksin. Edible vaksin adalah tanaman yang direkayasa secara genetik untuk memproduksi vaksin sebagai produk pertanian dalam bentuk buah dan sayur. Tanaman yang digunakan adalah tanaman transgenic, yaitu tanaman tersebut disisipi fragmen DNA atau protein permukaan yang berasal dari bakteri atau virus, kemudian tanaman tersebut akan tumbuh dan menghasilkan buah atau bagian tanaman lain yang bisa dikonsumsi dan mengandung fragmen atau bagian dari bakteri atau virus yang bisa dikenali oleh sistem pertahanan tubuh manusia, sehingga jika ada serangan dari bakteri atau virus yang serupa, akan bisa dikenali dan dihancurkan.
Pict source: Langridge W.H.R., 2000. Edible Vaccines. Scientific American September 2000. P 66-71.
Dapat dibayangkan kemudahan pemberian vaksin ketika vaksinasi yang biasanya menggunakan jarum suntik, sekarang bisa hanya dengan memakan buah atau sayur saja, terutama untuk balita dan anak-anak. Mereka cukup memakan buah dan sayur untuk mendapatkan kekebalan infeksi dari bakteri atau virus. Beberapa jenis tanaman yang digunakan sebagai edible vaksin adalah pisang, tomat, kentang, padi, kedelai, wortel, jagung, kacang-kacangan dan tembakau. Pisang adalah salah satu buah yang bisa digunakan sebagai edible vaksin, selain karena pohon pisang dapat dan mudah tumbuh di seluruh dunia, terutama di daerah tropis, buah pisang juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat terutama balita dan anak-anak. Buah pisang dapat langsung dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu, sehingga protein yang berfungsi sebagai vaksin tidak mengalami kerusakan karena pemanasan. Pengujian yang dilakukan Thanavala dkk, menunjukkan bahwa tanaman tembakau transgenik yang mengandung protein yang berasal dari hepatitis B surface antigen (HbsAG), setelah dicoba pada binatang coba ternyata dapat memberikan respon imun spesifik pada mencit. Pengujian edible vaksin pada manusia juga sudah pernah dilakukan oleh Tacket dkk, dengan menggunakan kentang transgenik yang menghasilkan peningkatan kadar antibodi dalam darah dan pada intestinal manusia sehat.
Penelitian tentang edible vaksin masih harus banyak dilakukan, terutama efek samping yang ditimbulkan dari pemberian vaksin tersebut baik jangka pendek maupun jangka panjang, sebelum diproduksi secara masal dan dikonsumsi oleh manusia. Penyakit infeksi terutama yang disebabkan oleh bakteri dan virus semakin meningkat dimana dapat menyebabkan kesakitan sampai kematian, oleh karena itu diharapkan dengan adanya pengembangan teknologi vaksin (edible vaksin) dengan memanfaatkan tanaman transgenik, dapat menjadi salah satu upaya manusia untuk mempertahankan diri dari penyakit infeksi. (AHK)
Pustaka
- Riedel S., 2005. Edward Jenner and the History of Smallpox and Vaccination. Proceedings (BaylUniv Med Cent) 18 (1): 21–25.
- Langridge W.H.R., 2000. Edible Vaccines. Scientific American September 2000. P 66-71.
- Radji M., 2004. Pemberian Vaksin Melalui Tanaman Transgenik. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.1, April 2004, 1 – 9.
- Santosa P.J., 2011. Mengenal Edible Vaccine. Iptek Hortikultura no.7 November 2011. Hal 24-27.