MENGETAHUI SEKILAS SEJARAH OBAT TRADISIONAL INDONESIA

Sejarah Obat Tradisional Indonesia Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.41.1384). Obat tradisional dikenal juga dengan istilah obat bahan alam (Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.41.1384). Karena mayoritas bahan alam yang digunakan dalam obat tradisional berasal dari tanaman, maka obat ini disebut juga sebagai obat herbal. Obat tradisional telah dikenal dan digunakan secara luas di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara maju, penggunaan obat tradisional juga semakin populer. Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia telah dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Hal tersebut dapat dibuktikan dari relief yang dapat ditemui di candi Borobudur. Pada relief Karmawibhangga digambarkan seorang laki-laki mendapat perawatan dari beberapa wanita dengan cara memijat kepalanya serta memegang tangan dan kakinya. Relief lain mengilustrasikan tanaman yang sampai sekarang masih digunakan sebagai komponen jamu, antara lain: nagasari, semanggen, cendana wangi, kecubung, dan lain-lain. Dari relief-relief tersebut dapat diidentifikasi lebih dari 50 jenis tanaman. Gambaran yang serupa juga ditemukan pada relief-relief di Candi Prambanan, Candi Penataran, Candi Sukuh, dan Candi Tegawangi.
Relief Karmawibhangga
Relief Karmawibhangga Selain dari relief candi, bukti penggunaan obat tradisional oleh masyarakat Indonesia juga dapat ditemukan dari informasi tertulis pada Serat Kawruh dan Serat Centhini yang tersimpan di perpustakaan Keraton (istana) Surakarta. Serat Centhini memuat semua pengetahuan yang ada di Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung sampai serat tersebut ditulis yaitu pada tahun 1814. Pada tahun 1831 ditulis Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi yang merupakan kumpulan ramuan obat asli Indonesia (Jawa). Buku yang ditulis dalam bahasa Jawa dan dengan aksara Jawa tersebut memuat 1166 resep; terdiri atas 922 resep ramuan bahan alam dan 244 resep berupa catatan rajah dan jimat atau gambar-gambar do’a, rapal dan mantra yang mempunyai daya penyembuh.
Serat Centhini

Serat Centhini

Bagi masyarakat Jawa dan Madura, obat tradisional lebih dikenal luas sebagai jamu. Istilah jamu berasal dari Bahasa Jawa yang berarti obat tradisional yang berasal dari tanaman. Saat ini istilah jamu telah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia dengan arti yang sama. Jamu gendong adalah salah satu jenis jamu yang dijual tanpa label, disiapkan segar dari bahan tanaman, tanpa bahan pengawet dan dijual secara luas di warung-warung. Jamu gendong juga dapat disiapkan secara instan kepada mereka yang memesannya. Penjual kemudian membawanya dari pintu ke pintu. Istilah gendong sendiri berarti membawa sesuatu dengan punggung. Sediaan jamu dimasukkan ke dalam botol-botol, kemudian botol diletakkan ke dalam sebuah keranjang bambu atau rotan dan dibawa dengan punggung menggunakan kain panjang dan lebar yang disebut sebagai selendang.
Jamu gendong
Jamu gendong Lebih lengkap tentang sejarah jamu dapat dibaca dalam buku “Jamu Obat Asli Indonesia Pusaka Leluhur Warisan Nasional Bangsa”, karya Prof. Dr. H. Sutarjadi, Apt. dan tim. (KB)